Highly Sensitive Person (HSP)

Oleh: Departemen Pendidikan dan Keilmuan

Apa itu HSP?

HSP atau Highly Sensitive Person dapat didefinisikan sebagai response fisik, mental, dan emosional akut terhadap rangsangan eksternal (sosial dan lingkungan) atau internal (diri sendiri).

Pada awalnya Highly Sensitive Person (HSP) itu dianggap serupa dengan introversion atau bahkan neurotisicm. Alasan mengapa banyak individu HSP bertindak dengan cara introversion mungkin karena interaksi sosial umumnya merupakan sumber stimulasi utama (Aron & Aron, 1997). Akibatnya, penarikan sosial akan menjadi strategi alami untuk mengurangi stimulasi bagi orang-orang yang sangat sensitif. Dengan demikian, individu yang sangat sensitif yang ingin mengurangi tingkat stimulasi yang tidak nyaman dianggap introvert oleh orang lain. Namun, HSP sebenarnya merupakan kadar sensitivitas yang dimiliki oleh setiap orang, tetapi tiap orang memiliki tingkat yang berbeda-beda. Baik introvert atau ekstrovet dapat memiliki karakteristik ini.

Faktanya 30% HSP adalah ekstrovert, meskipun sifat tersebut sering disalahartikan sebagai introversi, selain itu fakta bahwa 15-20% populasi dunia tergolong HSP.

Terdapat suatu akronim yang tepat untuk menggambarkan Individu dengan HSP, yaitu akronim DOES.

  • D (Depth of Processing) – atau kemampuan untuk memproses dengan lebih dalam. Individu dengan HSP ditemukan memproses Hal dengan lebih dalam, hal ini ditunjukkan oleh penelitian yg dilakukan oleh Jadzia Jagiellowicz yang menunjukkan bahwa pada aktivitas otak Individu dengan HSP lebih seeing menggunakan bagisn yang berfungsi untuk “berpikir lebih dalam” sehingga mereka lebih peka.
  • O (Overstimulation) – atau mudah kewalahan terhadap dtimulasi dari luar. Individu dengan HSP lebih mudah mengalami perasaan kewalahan karena harus memproses Hal dengan lebih dalam.
  • E (Emotional Reactivity) – atau dapat disebutkan juga dengan empati. Individu dengan HSP memiliki tingkat empati yang lebih tinggi.
  • S (Sensing the Subtle) – atau kepekaan. Individu dengan HSP sangatlah peka, Hal ini dapat dilihat dari aktivitas otak mereka yang sangat terstimulasi setiap Kali mereka memproses atau memahami suatu hal.

Dampak yang dialami oleh HSP

  • Hectic Schedules

HSP merasa kewalahan dan bingung ketika mereka memiliki banyak hal yang harus dilakukan dalam waktu singkat, atau bahkan memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan semuanya jika mereka terburu-buru.

  • Berusaha memenuhi ekspektasi orang lain

Ini menjadi suatu tantangan bagi HSP, karena mereka merasa tertindas oleh tuntutan orang lain, terutama karena mereka dapat merasakan kekecewaan teman-temannya jika HSP menolak, dan seringkali merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain.

  • Stres akibat konflik
  • Social-comparison

Mengenal diri mereka sendiri dengan mengevaluasi perilaku, kemampuan, dan sifat dengan orang lain. Biasanya membandingkan diri dengan kelompok teman sebaya atau dengan orang yang serupa dengan diri kita. 

  • Frustrasi

Stresor kehidupan sehari-hari sering menambah lebih banyak frustrasi bagi mereka yang sangat sensitif.

  • Kritik diri sendiri

Lebih rentan terhadap perenungan dan keraguan diri. HSP ingat cukup lama jika mereka membuat kesalahan yang memalukan, dan merasa  lebih malu daripada orang kebanyakan.

Bagaimana cara menghadapi dampak pada HSP?

Aware. Dengan mengenali apa yang dirasakan dan melatih diri untuk mengelolanya dengan efektif dan positif melalui cara yang sesuai dengan diri. Misalnya dengan menulis cerita harian di sebuah buku, meditasi, atau lainnya.

Create. Yaitu dengan membuat suasana yang nyaman dan membuat suasana hati lebih baik, misalnya menyalakan candle dengan wangi yang disukai ketika me time atau sebagainya.

Self-compassion. Memberikan diri dengan penuh perhatian dan cinta misalnya dengan self-care atau sesuatu yang penuh peduli dan kasih sayang pada diri sendiri.

It is important to remember that there is no official highly sensitive person diagnosis, and being an HSP does not mean that you have a mental illness. High sensitivity is a personality trait that involves increased responsiveness to both positive and negative influences.”

Sumber Referensi:

Aron, E. (1996). The Highly Sensitive People. Oregon: Broadway Books.

Natalia, Jovanka Ris., & Bernathius, J. (2019). Highly Sensitive Person dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental. Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 7 No 3, Hal 317 – 322.

Grimen, H. L., & Diseth, A. (2016). Sensory Processing Sensitivity: Factors of the Highly Sensitive Person Scale and Their relationships to Personality and Subjective Health Complaints. Empirical Article, Comprehensive Psychology, Volume 5: 1–10.

The highly sensitive person. The Highly Sensitive Person. (n.d.). Retrieved May 16, 2022, from https://hsperson.com/

Elizabeth Scott, P. D. (2022, May 3). Highly sensitive person traits that create more stress. Verywell Mind. Retrieved May 16, 2022, from https://www.verywellmind.com/highly-sensitive-persons-traits-that-create-more-stress-4126393

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *