Inner child is your friendly, joyful, emotional, feeling, playful, excitable, and feeling side. (Carl Jung, 2020). Suasana atau mood hati dan energi yang dimiliki mempengaruhi kondisi ini. Para ahli psikologi mendefinisikan Inner Child merupakan aspek kekanak-kanakan dalam diri manusia. Hal ini mencakup apa yang telah dipelajari dan dialami selama masa kanak-kanak.

Pengalaman yang didapatkan dan belum terselesaikan dari masa lalu ini membentuk inner child seseorang (Bradshaw, 1992). Inner child ini dapat muncul di masa dewasa dalam bentuk perilaku atau kondisi emosional yang tidak disadari. Baiknya pengalaman yang didapat semasa kecil memberikan pengaruh yang positif untuk masa dewasanya. Pengalaman masa kecil yang buruk dan traumatis bisa menyebabkan luka batin dan menjadi trauma pada anak.
Sebagian orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki “lost inner child”. Mereka merasa terluka, bingung, atau diabaikan, seperti yang mereka rasakan saat kecil. Mereka tidak menyadari bahwa sebagian dari mereka hilang dan terjebak secara emosional di tempatnya. Banyak orang takut untuk melihat ke dalam karena mereka tahu pada tingkat tertentu bahwa sesuatu yang kuat bersembunyi di balik bayang-bayang, membawa semua perasaan yang ingin mereka hindari. Tanpa disadari bahwa ada “inner child” yang terluka.
MENGAPA INNER CHILD BISA TERLUKA?
- Pengalaman traumatis
- Mengalami kekerasan fisik ataupun seksual
- Pengasuhan dalam keluarga yang tidak berfungsi dengan baik
- Kurangnya kasih sayang dan seringnya pengabaian
Hal tersebut dapat menjadi sebab “inner child” seseorang terluka yang akan berpengaruh di masa dewasa apabila tidak disadari dan segera disembuhkan.
Pengalaman traumatis ini dapat menyebabkan permasalahan pada integritas diri, perasaan bingung, dan perasaan tidak berdaya (Kalsched 1996; Terr 1990). Ketika anak-anak terluka secara emosional dan mental, diabaikan, atau bahkan dianiaya di masa kanak-kanak, yang akan menimbulkan temper tantrum, kesulitan berteman, curiga terhadap motif orang lain.

Seiring bertambahnya usia, anak-anak yang terluka secara emosional ini, mereka meninggalkan beberapa perilaku masa kecil mereka, tetapi mereka masih memiliki “inner child” yang terluka jauh di dalam jiwa mereka. Ketika orang dewasa ini stres, tertekan, atau mulai merasa kewalahan, mereka sering kembali ke pola perilaku yang sudah dikenal dan perilaku yang mereka gunakan sebagai anak-anak untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mungkin juga inner child yang terluka mendambakan perhatian dan rasa memiliki yang tidak pernah mereka alami.
HEALING OUR INNER CHILD
- Tulis pengalaman dan perasaan buruk.
- Kita dapat menuangkan emosi negatif yang terpendam. Dengan menulis, kita bisa mengingatnya, merasakannya, dan bisa berdamai dengan hal itu.
- Selain menulis, kita juga bisa melakukan percakapan dengan “diri masa kecil” untuk memahami dan menerima apa yang terjadi.
- Self-soothing dilakukan dengan memberikan diri kita perhatian, merawat, dan validasi pada emosi yang dibawa oleh luka kita.
- Proses penyembuhan lebih dalam dimulai ketika kita mengidentifikasi akar dari pengabaian diri kita.
- Kita bisa memulai secara jujur mengidentifikasi emosi yang mungkin telah lama dikubur.
- Kita bisa mengembangkan kesempatan untuk mendengarkan perasaan dan intuisi kita dalam mengarahkan diri kita untuk menjalani cara baru yang muncul dalam hidup kita.
- Kita memberikan makna setiap harinya dengan menghargai diri sendiri dalam prosesnya.
- Mindfulness, dengan mengenali, merangkul, dan menjaga energi negative yang dirasakan. Fokus dan menyadari pada apa yang sedang dirasakan saat ini.
Memang bukan hal mudah begitu saja dilakukan untuk menyembuhkan luka masa kecil kita. Kita perlu menyadari, menerima, merangkul, dan mencintai diri kita sepenuhnya. Kamu juga bisa konsultasikan ke professional untuk hal ini, loh. Berdamai dengan masa lalu memerlukan proses dan tentu berbeda tergantung kondisi setiap individu. But when you do, you set yourself free and begin to build a life that brings you joy and meaning. Be an authentic you!
If you are depressed, you are living in the past. If you are anxious, you are living in the future. If you are at peace, you are living in the present. —LAO TZU
Sumber Referensi
Austin, D. (2002). The wounded healer. Music, Music Therapy and Trauma: International Perspectives, 231.
Bradshaw, J. (1992). Homecoming: Reclaiming and Healing Your Inner Child.
Gerdes, C. (2020). True Heart, Solid Boundaries: Spiritual Self-Care for Healing Your Inner Child and Empowering Your Authentic Self. Balboa Press.
Hanh, T. N. (2006). Reconciliation: Healing the inner child. Parallax Press.
Jung, C. (2020). Healing the Inner Child. (google books)
LSCW, Sherry Gaba. (2020, Desember 16). Carrying a Wounded Inner Child Into Your Relationship. from Psychology Today website: https://www.psychologytoday.com/us/blog/addiction-and-recovery/202012/carrying-wounded-inner-child-your-relationships
Noorvitri, Isnaniar. (2019, September 9). Memahami Inner Child dalam Diri. Retrieved January 10, 2022, from Pijar Psikologi #UnderstandingHuman website: https://pijarpsikologi.org/blog/memahami-inner-child-dalam-diri
Sembiring, Rebecca M. (2020, Agustus 8). Apa Itu Inner Child: Cara Mengenal Bagian Diri Lebih Dalam dengan Melihat Masa Lalu. From: https://satupersen.net/blog/inner-child-mengenal-bagian-diri-lebih-dalam
Ditulis oleh: Departemen Pendidikan dan Keilmuan Periode 2021/2022