Oleh: Santi Dwiyani

Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dalam hidup manusia akan saling membantu dan membesrikan bantuan disaat satu sama lainnya berada dalam kesulitan. Namun terkadang hal ini dapat disalah artikan oleh orang yang terlalu mementingkan kebahagiaan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri. Dari tampak luar mungkin saja orang tersebut mengiyakan dengan senyuman, tapi dalam hatinya belum tentu sama seperti itu, memungkinkan orang tersebut menyimpan berbagai penolakan yang disebabkan karena perasaan sungkan atau gak enakan yang dimilikinya. Seorang yang melakukan hal tersebut disebut sebagai people-pleaser.
Menurut seorang psikolog dari Amerika Serikat Susan Newman, people-pleaser merupakan sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan orang lain, meski bertentangan dengan apa yang ia pikirkan atau rasakan. Hal ini dilakukan agar orang lain tidak kecewa padanya.
PENYEBAB SESEORANG MENJADI PEOPLE-PLEASER
Dibalik sikap gak enakan dan ingin menyenangkan semua orang, ada beberapa penyebab seseorang menjadi people-pleaser, diantaranya :
- Fear of Rejection atau ketakutan untuk mendapatkan penolakan
Seorang people-pleaser memiliki pemikiran dan ketakutan ketik dia berhenti menyenangkan orang lain, maka semua orang akan meninggalkannya, dan merasa tidak dicintai. Mereka juga memiliki ketakutan unduk gagal dalam menyenangkan orang lain, dan akan menyebabkan dampak pada dirinya.
- Tumbuh dalam Conditional Love
Menurut seorang psikolog bernama Leon F Seltzer, people-pleaser berakar dari lingkungan keluarga. Penyebannya yaitu adanya tuntutan dari orangtua dimasa kecil agar anaknya orang yang baik untuk semua orang, dan bisa menjadi kebanggaan, namun tanpa melihat adanya kebutuhan anak untuk menjadi diri sendiri.
- Kesulitan untuk menerima dan memvalidasi diri
Ciri khas dari people-pleaser yaitu mereka akan mencari penerimaan dan validasi dari orang lain. Muncul keinginan untuk bisa diterima oleh semua orang dan diakui
keberadaanya karena diri mereka sendiri tidak mampu memunculkan hal tersebut dalam dirinya, sehingga dia tidak mencari validasi dari dalam dirinya, namun dia mencarinya di tempat lain.
- Menghindari konflik
Dengan mengiyakan keinginan orang lain dilakukan people-pleaser untuk menghindari konflik dan pertengkaran yang mungkin terjadi jika dia menolak permintaan orang lain. Hal ini people-pleaser menilai jika konflik bisa membuatnya gagal untuk membuat orang lain bahagia.
LALU, BAGAIMANA CARA UNTUK BERHENTI MENJADI PEOPLE-PLEASER?
Tentunya, menjadi ‘baik’ itu adalah sebuah hal yang baik bagi diri kita, tetapi pastikan juga bahwa kita berbuat baik tanpa paksaan, dan mampu untuk berdamai dengan diri kita sendiri juga. Terus menerus menjadi seorang people-pleaser juga bukan hal yang baik. Mulailah beberapa langkah agar berhenti menjadi seorang people-pleaser :
- Mulai belajar untuk mengatakan tidak
Belajar untuk mulai membatasi diri sendiri untuk selalu mengiyakan permintaan orang lain, karena menolak permintaan seseorang dan berkata tidak bukanlah akhir dari segalanya. Menolong orang lain memang hal yang baik, namun selalu mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan kita sendiri juga bukanlah hal yang baik, maka dengan membatasi diri dan belajar berkata tidak, bisa menjadi langkah kecil untuk berhenti menjadi seorang people-pleaser.
- Tidak perlu berusaha disukai semua orang
Hilangkan pemikiran ini, karena merupakan hal yang sulit untuk disukai semua orang. Akan terlalu melelahkan jika kita terus menerus berusaha untuk disukai oleh semua orang. Pahami kemampuan dan batasan yang dimiliki oleh diri sendiri. Dan jangan takut untuk menolak permintaan orang lain hanya karena takut akan asumsi orang lain terhadap diri kita.
Berhenti untuk menjadi seorang people-pleaser memang tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Namun bangun dan tanamkan keyakinan pada diri sendiri untuk belajar menghargai diri sendiri dan menyadari jika kita memiliki kapanpun dan batasan, sehingga tidak mampu untuk menyenangkan semua orang. Hal yang paling utama adalah kebahagian diri dan kesehatan mental kita.
REFERENSI :
Anita, Marisa. (2021). On Marissa’s Mind: People Pleaser. Dalam https://greatmind.id/article/on-marissa-s-mind-people-pleaser
Martin, S. (2020). The Need to Please: The Psychology of People-Pleasing. Dalam https://psychcentral.com/blog/imperfect/2020/01/the-need-to-please-the-psychology- of-people-pleasing.
Psychology Today Team. (2021). People-Pleasing. Dalam https://psychologytoday.com/us/basics/people-pleasing.
Sefani, Veronica (2020) Perancangan Web Desain Untuk Mengurangi People Pleaser Di Kalangan Mahasiswa Di Kota Semarang. Tesis. Unika Soegijapranata. http://repository.unika.ac.id/id/eprint/24899