Oleh: Salsa Alfi Syahrin (10050019021)

Dampak psikologis merupakan reaksi terhadap pengalaman subjek yang dapat menimbulkan kecemasan, stres maupun bentuk emosi lainnya. Tanpa kita sadari dalam kehidupan keseharian kita terdapat banyak sekali efek-efek psikologi, salah satunya yang akan saya jelaskan dalam tulisan ini.
Sindrom Munchause, untuk sebagian orang mungkin sudah mendengar istilah itu ataupun untuk sebagian lagi mungkin belum pernah. Kira- kira apa ya Sindrom Munchausenitu? Sebelumnya pasti temen-temen kenal nih sama salah satu drama korea yang jadi perbincangan hangat, yap ! The Penthouse, selain ceritanya yang cukup pelik juga rumit namun didalamnya terdapat banyak tokoh dengan karakteristiknya masing-masing. Salah satunya Cheon Seo Jin.
Dalam akhir ceritanya, Cheon So Jin di tuntut atas segala kejahatan yang pernah ia lakukan. Tetapi, saat dirinya sedang diberikan atas hukuman tersebut ia dinyatakan menderita Demensia. Yang faktanya ternyata ia memalsukan dokumen mengenai penyakitnya tersebut. Ia berpura-pura mengidap penyakit tersebut agar mendapatkan perhatian juga keringan hukuman yang diberikan.
Lalu, apa hubungannya antara tokoh Cheon So Jin dengan Sindrom Munchausen? Nah ternyata tokoh tersebut menggambarkan mengenai Syndrome Munchausen itu loh.
Apa itu Sindrom Munchause ?



Sindrom Munchause merupakan salah satu bentuk (subtype) dari factitious disorder, dimana secara umum penderita gangguan ini memiliki kecenderungan berfantasi dan melakukan kebohongan kebohongan (Satiadarma, 2002). Fantasi ini ditujukan untuk berperan sakit dan dirawat di rumah sakit.
Adapula pengertian lain yaitu Sindrom Munchausen adalah penyakit kejiwaan langka yang berada di bawah rubrik gangguan buatan. Dalam gangguan ini orang yang terkena pura-pura gejala fisik atau psikologis untuk mendapatkan simpati, perhatian atau peran sakit. Itu juga disebut sebagai sindrom kecanduan rumah sakit, sindrom grafik tebal atau sindrom hopper rumah sakit.
Sejarah Sindrom Munchause

Sindrom Munchause merupakan gangguan psikologis factitious disorder yang pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Richard Asher (pakar endokrin dan hematolog) dalam jurnal kedokteran The Lancet tahun 1951. Nama Münchausen digunakan oleh Dr. Asher berdasarkan buku Baron von Münchausen yang dipublikasikan secara anonim oleh Rudolph Erich Raspe tahun 1785.
Gejala Sindrom Munchause

Pada Sindrom Munchausen, pasien memanipulasi tubuh mereka dengan cara menginduksi penyakit fisik atau cedera dalam upaya mendapatkan perawatan medis dan mendapatkan manfaat pribadi: uang, akomodasi, kompensasi, penghindaran dari dinas militer, perampasan kebebasan (penjara), dll. Ketika penipuan penderita terungkap, mereka memainkan peran di rumah sakit lain dikota yang sama atau kota yang lain (mengembara). Sindrom Munchausen juga memiliki ciri adanya pseudologia fantastica, yaitu mengatakan kebohongan besar mengenai riwayat pendidikannya, riwayat masa lalu, riwayat sosial, riwayat sakitnya dan sebagainya (Feldman MD et al, 2001). Pasien ini dilaporkan dengan gejala yang tidak biasa yang diekspresikan dengan bakat dramatis dan bertahan.
Faktor Penyebab Sindrom Munchause
Etiologi dan pathogenesis gangguan buatan yaitu:
1. Faktor Biologi : Beberapa penelitian menduga bahwa disfungsi otak memberikan kontribusi terhadap munculnya gangguan buatan (Sadock&Sadock, 2007).
2. Faktor Psikososial
∙ Faktor kepribadian seperti antisosial, histrionik atau borderline banyak dimiliki oleh penderita gangguan buatan dan juga adanya riwayat gangguan emosional pada masa kanak(Steel RM, 2009).
∙ Ada berbagai penyebab gangguan buatan. Sejumlah proses psikodinamik telah diusulkan, yaitu:
– Gangguan buatan dikatakan sebagai upaya untuk mencapai kontrol dan penguasaan dengan cara dihasilkannya produksi gejala
– Masokisme
– Displacement dari kemarahan terhadap caregiver melalui gejala yang ditimbulkan – Sebuah pertahanan terhadap rasa kehilangan
– atau sebagai pengganti untuk “objek hilang,” pada kasus-kasus gangguan buatan biasanya dari tahap yang relatif awal dari kehidupan (Maldonado, 2002)
– Bila dilakukan pencarian barang barang dikamar penderita, maka akan ditemukan bukti misalnya adanya obat obatan atau jarum suntik, yang membuktikan bahwa penderita menginduksi sendiri penyakit yang dideritanya.(Maldonado, 2002)
Penanganan Sindrom Munchause
Secara umum, prognosis untuk pasien dengan Sindrom Munchausen tampaknya menjadi miskin; pendekatan fleksibel dan kreatif yang menekankan konsistensi dan perawatan psikiatri rawat jalan yang teratur telah dikaitkan dengan keberhasilan terbesar.
Perawatan lainnya terdiri dari :
1. Mengubah lingkungan hidup pasien dan aktivitas emosional yang positif 2. Psikoterapi pribadi dan keluarga dianjurkan.
3. Perawatan obat akan dipertimbangkan tergantung pada keadaan depresi, atau kecemasangangguan kepribadian, dan administrasi akan dilakukan di bawah kendali
Kesimpulan
Sindrom Munchausen merupakan fenomena yang sering ditemui dalam lingkungan sekitar, bahkan dalam berbagai kalangan usia. Tetapi pada faktanya beberapa orang belum mengetahui secara jelas mengenai penyakit tersebut. Dengan adanya tulisan ini bertujuan untuk mengedukasi teman-teman agar dapat lebih mengetahui mengenai efek psikologis salah satunya adalah Sindrom Munchausen.
DAFTAR PUSTAKA
Buriga, D. (2016). SINDROMUL MÜNCHAUSEN – O PROBLEMĂ REALĂ ÎN PRACTICA. Jurnalul Medical The Bucovina, II. Retrieved from jmbucovina.ro
Hairani Lubis, N. A. (2018, Juni). CAGOACTEV SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN MUNCHAUSEN. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 7, 40-49.
Jyoti Prakash, R. C. (2014). Munchausen syndrome: Playing sick or sick player. Industrial Psychiatry Journal, 68-70. doi: 10.4103/0972-6748.144975
MD, F. (2001). Somatoform and FactitiousDisorder: Factitious Disorde. American Psychiatric Publishing.
Sevin Altınkaynak, V. E. (2009, August). Munchausen’s Syndrome. The Eurasian Journal of Medicine, 126-128.