SELF LOVE: DO I LOOK SELFISH?

Oleh Fikar Aulia Muhammad – 10050019067

Pernahkah kamu sengaja membeli barang yang langka dan branded dengan harga super mahal, atau menghabiskan waktu seharian hingga lupa tugas untuk menonton drama korea favoritmu? Sampai orang orang disekitarmu mulai menegurmu dan menasehatimu akan banyak hal. Dan sebagai tanggapannya, kamu hanya berkata,

“Aku cuma mau lebih Self Love aja kok!”

Seringkali ketika kita berusaha untuk mencintai diri kita dengan melakukan banyak hal menyenangkan. Namun, orang lain memandangnya sebagai hal yang bersifat egois dan narsisme. Padahal, keduanya memiliki pengertian yang jauh berbeda. Dan apakah yang kita lakukan termasuk ada self-love ataukah justru egois dan Narsisme ?

Sebelum bertanya hal tersebut pada diri kita sendiri, penting untuk mengetahui definisi dari kedua hal yang amat berbeda ini. Narsisme menurut Freud (dalam Alwisol, 2011:19) adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi hanya mementingkan diri sendiri. Orang yang memiliki narsisme biasanya juga memiliki emosi yang sangat tidak stabil.

Orang yang narsisme hanya akan melakukan hal yang dapat membuat ia senang tanpa memikirkan apakah hal itu akan berdampak baik bagi dirinya atau tidak. Narsisme diartikan sebagai mencintai diri sendiri secara berlebihan sehingga tidak lagi peduli pada sekitar dan empati pada orang lain. Orang yang narsisme juga akan melebih lebihkan diri sendiri dan merasa unggul dari orang lain.

Sedangkan, dalam artikelnya yang berjudul “A Seven-Step Prescription for Self-Love“. Khosaba (2012) mengatakan :

“Self-love is a state of appreciation for oneself that grows from action that support our physical, psychological and spiritual growth.”

Self-Love adalah ketika kita mampu memberikan penghargaan dalam bentuk apresiasi pada diri kita saat kita dapat mengambil keputusan dalam perkembangan spirirtual, fisik, maupun psikologis. seperti, se-sederhana mengucap “terima kasih” pada diri kita yang melakukan usaha dengan sebaik mungkin hari ini.

Self-love bukan hanya sekedar membuat kita senang atau merasanya nyaman. Self-love merupakan tindakan yang membuat kita semakin memahami diri kita dan berkembang menuju hal yang lebih baik hingga mendewasakan kita. Dengan melakukan self-love, kita akan belajar untuk menerima kekurangan kita sebagaimana kita mengakui kelebihan yang kita miliki.

Dan yang terpenting, Self-love tidak akan membuat kita melupakan lingkungan. Menjadi peduli pada sekitar juga merupakan hal yang penting dalam hidup kita. Tidak ada salahnya untuk mengutamakan orang lain, menolong mereka, namun denga tidak mengurangi kesejahteraan kita dan apa yang juga layak kita dapatkan.

REFERENSI

Desidiah, Nurul. 2018. “Hubungan Antara Kecenderungan Narsisme Dengan Motif

Memposting Foto Selfie di Instagram Pada Remaja Di SMA Negeri 1 Sidayugresik”.

http://journal.umg.ac.id/index.php/psikosains/article/view/346/298 pada 7 Desember 2020

Brandt, Andrea. “What Do We Mean When We Say Self-Love?”.

https://abrandtherapy.com/what-do-we-mean-when-we-say-self-love/ pada 7 Desember 2020

E.Ackerman, Courtney. 2020. “What is Self-Compassion and What is Self-Love?”.

https://positivepsychology.com/self-compassion-self-love/ pada 7 Desember 2020

Khosaba, Deborah. 2012. “A Seven-Step Prescription for Self-Love”. https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-

prescription-self-love diakses pada 7 Desember 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *