Halo teman-teman! Selamat siang dan happy weekend yaa. Lagi weekend gini apalagi hari sabtu dan masih dalam suasana liburan sih biasanya waktunya kumpul bareng temen-temen nih. Nah untuk siang ini, mending kita tambah ilmu dulu yukk sebelum pergi bersama teman-teman kita.
Di artikel kemarin, kita udah bahas nih tentang “gila”. Lalu disebutkan juga bahwa dalam ilmu psikologi sendiri gila itu disebut sebagai gangguan kejiwaan. Salah satu jenis gangguan kejiwaannya yaitu skizofrenia. Pasti teman-teman bertanya-tanya, mengapa tiba-tiba muncul pembahasan mengenai skizofrenia kan? Nah, jadi sebenarnya penderita skizofrenia itu tidaklah sedikit. Di indonesia sendiri, apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan 2 juta jiwa menderita skizofrenia (2006). Waah banyak sekali bukan? Dan lebih memprihatinkan lagi, tidak semua penderita skizofrenia mendapat perlakuan yang semestinya karena tidak sedikit orang tidak mengetahui apa yang terjadi dengan mereka dan bagaimana cara menanganinya. Untuk itu, agar teman-teman lebih peka dan lebih mengatahui mengenai skizofrenia, yuk baca artikelya teman-teman. Tapi sebelum kita bahas mengenai skizofrenia itu sendiri, lebih baik kita cari tahu terlebih dahulu mengenai gangguan kejiwaan.
Menurut PPDGJ III, 2003, gangguan jiwa merupakan sindrom, atau pola perilaku, atau psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress), atau hendaya (impairment / disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Disfungsi tersebut dari segi perilaku, psikologi, biologi dan gangguan itu tidak semata-mata terletak antara hubungan orang itu dengan masyarakat. Gangguan jiwa sendiri terdiri dari berbagai macam, seperti skizofrenia, depresi, anxiety, gangguan kepribadian, gangguan mental organik, gangguan psikosomatik dan lainnya. Nah yang sekarang akan kita bahas adalah mengenai skizofrenia.
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah (Rudyanto, 2007). Konsten & Ziedonis, 1997, dalam Davison 2010, mengatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku.Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang berat yang menyebabkan pemikiran abnormal dan persepsi.
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban (Sadock, 2003).
Yuk kita lihat gejala-gejala skizofrenianya itu sendiri. Secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu :
- Gejala positif, berupa:
- Delusi, yaitu keyakinan palsu; orang memiliki keyakinan yang kuat yang dipegang teguh dan tak tergoyahkan, bahkan ketika bukti bertentangan dengan hal tersebut diberikan atau ditunjukkan. Delusi tampak sangat nyata bagi orang yang mengalaminya, tetapi mereka tampaknya tidak mungkin dan tidak benar bagi orang lain.
- Halusinasi, yaitu persepsi palsu; orang mendengar, melihat, merasakan, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Mendengar suara-suara adalah jenis yang paling umum dari halusinasi.
- Kekacauan pikiran
- Perilaku aneh atau bermusuhan.
- Gejala negatif, yaitu:
- Alam perasaan (afek) tumpul
- Menarik diri
- Isolasi diri dari pergaulan
- ‘Miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara)
- Pasif
- Apatis atau acuh tak acuh
- Sulit berpikir abstrak
- Kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif
Menurut Kaplan, Sadock & Grebb, 1994, faktor penyebab skizofrenia adalah:
- Diatesis Stres
Mengintegrasikan faktor biologis, psikososial, dan lingkungan.
- Sudut Pandang Biologis
Pada pasien Skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai saat ini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu dengan munculnya skizofrenia.
- Sudut Pandang Genetik
Penelitian yang luas tentang genetik menunjukkan bukti kuat adanya komponen genetik yang berperan pada skizofrenia.
- Sudut Pandang Psikososial
Hubungan interpersonal yang buruk dari pasien skizofrenia berkembang karena pada masa anak-anak mereka belajar dari model yang buruk (bisa jadi mempelajari cara berpikir yang tidak rasipnal dari orang tua yang memiliki masalah emosional yang signifikan).
Hmm ternyata banyak juga ya bahasan mengenai skizofrenia. Mungkin jika teman-teman ingin mengetahui mengenai skizofrenia secara lebih detail lagi, teman-teman bisa mulai mencarinya baik dari buku-buku atau bahkan dari situs web karena banyak sekali pembahasan mengenai skizofrenia saat ini, tapi situs web nya harus yang terpercaya ya teman-teman!
Untuk pembahasan skizofrenia kali ini cukup sekian dulu yaa. Nanti akan ada lagi loh artikel mengenai macam-macam skizofrenia. Bahkan akan ada juga pembahasan film mengenai skizofrenia. Waah teman-teman dapat menjadi lebih paham mengenai skizofrenia nih selama liburan ini. Tunggu artikel-artikel selanjutnya yaa! Happy weekend!
untuk menghindari gangguan jiwa kira2 bagaimana yaa??
soalnya mungkin kalau sudah terkena gangguan jiwa mungkin akan sulit di sembuhkan
terima kasihh
bagaimana cara menyembuhkan penyakit Skizofrenia?